Tercatat dalam sejarah bahwa pada abad ke XVII kejaraan Gowa-Makassar telah mencapai puncak kebesarannya di bawah pemerintahan Kerajaan Gowa Ke XVI di bawah pemerintahan I Mallombassi Dg. Mattawang Karaeng Bontomanngape Sultan Hasanuddin.
Di dalam wilayah Kerajaan Gowa inilah terdapat diantaranya dua wilayah Bate Salapang yang kemudian diberi sebutan distrik yaitu masing-masing Distrik Parigi dan Distrik Pao yang diperintah oleh seorang yang bergelar Karaeng untuk Distrik Parigi (Kepala Distrik Parigi) dan Aru untuk Distrik Pao (Kepala Distrik Pao).
Wilayah Distrik Pao yang berkedudukan di Tombolo (sekarang Tamaona) terbagi atas enam buah kampung gabungan masing-masing (sekitar tahun 1942) :
- Kampung gabungan Baringang diperintah seorang kepala kampung gabungan dengan gelar Baringang (Bangnga Daeng Beta).
- Kampung Tonasa diperintah seorang kepala kampung gabungan dengan gelar Gallarrang Tonasa (Puang Galla Sabbara).
- Kampung gabungan Pao diperintah seorang kepala kampung gabungan dengan gelar Gallarrang Pao (Puang Galla Rimpang).
- Kampung gabungan Suka diperintah seorang kepala kampung gabungan dengan gelar Gallarrang Suka (Puang Galla Pallao).
- Kampung gabungan Balassuka diperintah seorang kepala kampung gabungan dengan gelar Gallarrang Balassuka (Puang Saeba).
- Kampung gabungan Mamampang diperintah seorang kepala kampung gabungan dengan gelar Gallarrang Mamampang (Puang Galla Musa)
Adapun kepala-kepala Distrik Pao berturut-turut :
1. PATJTJAPA DG. TARRU
2. PUANG MAGASSING
3. BADENG DAENG PALAMMA (perempuan)
4. MAKKA DAENG PASAU
5. TABBO PATTA TOMPO
6. PANDENG DAENG BOMBANG
7. KARAENG PAKKI
8. ANDI BASO MAKKUMPALLE (1941)
9. DADENG DAENG RAPI (1947)
10. BAKING DAENG EWA (1950)
11. SOMMENG PUANG PUNNA (1960)
Pada tahun 1962 kedua wilayah Distrik ini digabung menjadi satu Kecamatan bernama Kecamatan Tinggimoncong, dimana Kelurahan Tamaona saat ini masuk sebagai salah satu Desa dalam wilayah Kecamatan Tinggimoncong dalam Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Gowa dengan 10 buah Desa baru dan 4 buah Desa lama termasuk dalam wilayah Distrik Pao, masing-masing :
1. Desa Bontopanno dengan Kepala Desa Karaeng Teya
2. Desa Mangottong dengan Kepala Desa M. Adnan Boke
3. Desa Bontokarama dengan Kepala Desa Baki Dg. Tompo
4. Desa Bontolebang dengan Kepala Desa Saeba
Selang beberapa tahun kemudian Kampung Gabungan Baringang berubah nama menjadi Desa Bonto Panno. Selanjutnya sekitar tahun 1966 oleh beberapa tokoh masyarakat sepakat dalam musyawarah merubah nama Desa Bonto Panno menjadi Desa Tamaona. Adapun yang pernah menjadi kepala Desa Tamaona adalah :
1. Karaeng teya
2. Abd. Muin Dg. Tunru
3. Sommeng P. Punna (mantan kepala Distrik Pao)
4. Mahmud P. Rola
5. Abd. Muin Dg. Tunru (untuk kedua kalinya)
6. Syafruddin P. Nassa
Dari beberapa sumber, diperoleh data bahwa nama Tamaona diberikan oleh seorang tokoh pendidik pada masa itu yaitu Muh. Amin S. Naba (alm) sekitar tahun 1966, yang bermakna bahwa TAMAONA adalah TAK KUNJUNG PADAM.
Selanjutnya dari waktu ke waktu pembangunan semakin meningkat dan disatu sisi tuntutan pelayanan kepada masyarakat sangat dibutuhkan maka diakhir tahun 1998 Kecamatan Tombolo Pao berdiri sendiri berdasarkan SK Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan Nomor 957/XI/1998 tanggal 14 Nopember 1998. Sebagai konsekwensi dari pemekaran Kecamatan tersebut maka Desa Tamaona juga berubah status menjadi KeLurahan Tamaona sebagai Ibukota Kecamatan Tombolo Pao dan menjadi Kelurahan defenitif pada tahun 2003.
5 Responses to "SEJARAH"
Assalam. Sy ingin berdiskusi seputar sejarah di pao. Kalau boleh saya minta kontak ta'. Makasih
Masih kabur. Narasumber tidak jelas
Bagus, hanya butuh tambahan keterangan dari narasumber sebagai saksi sejarah atau bahkan si pelaku
Yang pertama Patjoppa Dg Matarang dan yang kedua Patonang Dg Magassing ... sekedar meluruskan
Saya keturunan asli pao dan sangat tertarik untuk mengupas sejarah2 tombolo pao,
Posting Komentar